Deplesi adalah penyusutan aset karena adanya pengelolaan sumber daya alam.
Jika Sobat OCBC NISP telah lama berkecimpung dalam dunia akuntansi, deplesi adalah istilah yang tentu sudah tidak asing lagi.
Singkatnya, deplesi adalah suatu metode penyusutan pada aset yang umumnya terjadi secara alami.
Dengan mengetahui nilai penyusutan ini, pemanfaatan sumber daya pun bisa dilakukan dengan maksimal.
Yuk, kenali lebih jauh terkait pengertian deplesi hingga cara menghitungnya di artikel berikut!
Apa itu Deplesi?
Pengertian deplesi adalah penyusutan pada aktiva yang terkait dengan sumber daya alam.
Aset yang berupa persediaan alam akan mengalami pengurangan nilai ketika diolah menjadi bahan baku atau bahan jadi.
Metode deplesi digunakan untuk menaksir penurunan nilai yang terjadi pada aset perusahaan tersebut sehingga dapat sesuai dengan nilai aslinya.
Beberapa contoh aktiva yang merupakan sumber deplesi adalah minyak bumi, hasil tambang, batubara, hutan kayu, bijih besi, gas, dan sebagainya.
Tujuan Perhitungan Deplesi
Deplesi adalah suatu metode perhitungan yang penting di dalam akuntansi, khususnya bagi perusahaan dengan kepemilikan aset alam.
Ada beberapa manfaat yang akan Anda dapatkan setelah mengetahui cara perhitungan deplesi, diantaranya:
- Menghitung sisa persediaan aset sumber daya alam yang masih ada.
- Mengetahui jumlah aset sumber daya alam yang telah dimanfaatkan atau mengalami kerusakan.
- Optimalisasi penggunaan aset perusahaan.
- Mencegah masalah terkait kelangkaan aset.
- Sebagai perencanaan untuk kedepannya.
Baca juga: Aset Tetap: Pengertian, Jenis, Karakteristik dan Contoh
Manfaat Mengetahui Nilai Deplesi
Berdasarkan penjelasan tujuan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa deplesi adalah hal yang bisa bermanfaat bagi Anda.
Karena dengan menghitung nilai deplesi dari aset sumber daya alam, Anda bisa mengetahui dan mengoptimalkan sisa stok persediaan tersebut.
Perhitungan ini juga menjadi hal penting karena Anda bisa terbebas dari masalah yang akan datang seperti kelangkaan stok.
Faktor yang Mempengaruhi Basis Deplesi
Sebelum mempelajari cara menghitung deplesi, ketahui dulu apa saja faktor yang bisa mempengaruhinya
Dengan mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap basis deplesi, Anda dapat menghitungnya dengan lebih akurat.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi basis deplesi:
1. Pengembangan
Faktor pertama yang mempengaruhi basis deplesi adalah biaya pengembangan.
Ada beberapa anggaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam membiayai persiapan lahan dan proses eksplorasi sumber daya. Contohnya seperti pembangunan sumur dan pembuatan terowongan.
Ada dua kategori biaya pengembangan, yaitu:
- Biaya pengembangan berwujud: anggaran yang termasuk pada kategori ini adalah aset fisik yang digunakan untuk proses ekstraksi seperti bor, rig minyak, serta alat berat lainnya.
- Biaya pengembangan tidak berwujud: anggaran ini digunakan untuk kebutuhan akses dan eksplorasi seperti pembuatan terowongan, pengeboran, dan sebagainya.
2. Akuisisi
Faktor akuisisi berkaitan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa atau membeli tanah, serta mendapatkan hak kepemilikan.
Biaya akuisisi akan sangat dipengaruhi oleh luas ukuran tanah dan nilai kandungan sumber daya alam yang ada di dalam atau area tanah tersebut.
Biaya akuisisi akan dicatat sebagai aset dan ketika pembelian telah selesai, perusahaan akan mengubah biaya perolehan menjadi biaya eksplorasi.
Biaya tersebut juga bisa berubah menjadi kerugian apabila hasilnya berbeda dari apa yang diekspektasikan oleh perusahaan.
Baca juga: Manajemen Aset: Siklus, Tujuan & Manfaatnya bagi Perusahaan
3. Eksplorasi
Faktor eksplorasi adalah biaya yang berhubungan dengan proses penggalian di dalam tanah yang disewa atau dibeli.
Sebagian perusahaan menerapkan pendekatan biaya penuh, yaitu pemanfaatan semua biaya dari eksplorasi sumber daya alam, baik itu berhasil atau tidak.
Sedangkan sebagian perusahaan lainnya memanfaatkan biaya eksplorasi yang berhasil dan membebankan upaya yang gagal.
4. Restorasi
Faktor restorasi adalah total biaya yang dikeluarkan ketika proses ekstraksi sumber daya alam telah selesai dilakukan.
Proses restorasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan tanah ke keadaan yang sama seperti sebelumnya. Sebagai contoh adalah penutupan lubang terowongan.
Biaya restorasi bisa juga berupa uang untuk proses pengembalian tanah kepada pemiliknya.
Cara Menghitung Deplesi
Cara menghitung deplesi terbagi menjadi tiga langkah. Ikuti panduan berikut ini untuk mempelajari tahapannya:
1. Tentukan dasar deplesi
Hal pertama yang harus Anda lakukan dalam tahapan cara menghitung deplesi adalah menentukan dasar atau biaya apa saja yang dikeluarkan terkait pengelolaan aset SDA.
Misalnya seperti membeli atau menyewa tanah, proses eksplorasi, pengembangan, dan biaya yang digunakan untuk mengembalikan aset ke kondisi semula.
Baca juga: 5 Metode Penyusutan Aktiva Tetap, Faktor & Contohnya
2. Hitung tingkat deplesi per unit
Tahapan selanjutnya adalah menghitung tingkat deplesi per unit atau laju deplesi. Perhitungan ini akan dipengaruhi oleh total jumlah unit yang dapat diekstraksi.
Untuk menghitung tingkat deplesi per unit, Anda pelu mengurangi basis deplesi dengan nilai sisa. Lalu, hasilnya dibagi dengan jumlah unit yang akan diekstraksi.
Berikut adalah rumusnya:
Laju deplesi = (basis deplesi - nilai sisa) / total unit yang diharapkan dapat diekstraksi.
3. Hitung biaya deplesi
Setelah laju deplesi dihitung, langkah selanjutnya adalah menentukan biaya deplesi.
Caranya adalah dengan mengalikan total unit yang diambil selama periode tertentu dengan tingkat deplesi per unit. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Biaya deplesi untuk satu periode = unit yang diambil selama periode x laju deplesi
Perbedaan Deplesi, Depresiasi, dan Amortisasi
Terkadang, Anda mungkin kebingungan dalam membedakan deplesi dengan beberapa istilah lainnya, seperti depresiasi dan amortisasi.
Secara pengertian, depresiasi adalah penyusutan biaya yang dilakukan secara periodik terhadap aset tetap berwujud selama taksiran masa manfaatnya.
Artinya, aktiva yang terkena depresiasi adalah semua aset berwujud tetap. Contohnya seperti pabrik, mesin, peralatan, perlengkapan, dan sebagainya.
Lain halnya dengan amortisasi. Amortisasi merupakan alokasi biaya aktiva tak berwujud selama masa manfaatnya.
Contoh amortisasi yaitu seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, dan sebagainya.
Sedangkan deplesi adalah penyusutan aset yang terjadi karena adanya pengelolaan sumber daya alam seperti cadangan minyak, batu bara, cadangan mineral, dan hutan kayu.
Baca juga: Apa Itu Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Demikian penjelasan tentang apa itu deplesi hingga cara menghitungnya. Dalam laporan keuangan, deplesi adalah nilai yang patut dicantumkan agar perhitungannya dapat sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/01/03/deplesi-adalah#:~:text=Pengertian%20deplesi%20adalah%20penyusutan%20pada,bahan%20baku%20atau%20bahan%20jadi.